“KISAH KEHIDUPAN ASIH” [K2A]

on

STAF PRODUKSI

Pimpinan Produksi : Drs. Heru Subrata, M.Si.
Stage manager: M. Wahyu Habiburrahim
Sekretaris: Yuliana Kudiyani
Bendahara: LiesSetyoningrum
Sutradara: Kurnia Widyaningsih
Asisten Sutradara : Mamik Hariyani
Penata Pentas: Mas Fuad
Penata Rias: Siti Wahyuningsih
Penata Busana: Niamih Wahyuni
10. Penata Musik: Mas Fuad

PENOKOHAN

Pemain:
Lies Setyoningrum sebagai Nenek
Kurnia Widyaningsih sebagai Ibu Rumi
Rina Fransisca Wulandari sebagai Asih
Eny Sulistina sebagai Ana
Iva Faizah sebagai Atik
Mutin Kartika Dewi sebagai Criztine
Putri Rinti S. Asta sebagai Vera
Niamih Wahyuni sebagai Ocha
Siti Wahyuningsih sebagai Mami City
Masfuad sebagai Om Fuo
Vivin Yudhian T.R. sebagai Sarinah
Luluk Puji Astutik sebagai Lastri
Sri Wahyuni sebagai Yu T

KONSEP PENYUTRADARAAN

Cerita ini diambil dari kisah nyata, dimana Sang Sutradara berusaha mengangkat salah satu sisi kehidupan yang mungkin tidak setiap orang faham dan mungkin dianggap hina bagi kalangan umum. Kebanyakan orang menganggap bahwa orang bekerja sebagai PSK berdasarkan atas dasar untuk mencari kesenangan dunia saja. Padahal di balik itu semua, mereka sangat tidak menginginkan hal tersebut. Ada alasan yang sangat kuat yang mengharuskan mereka mengambil dan menjalani profesi seperti itu. Meskipun memang ada juga yang hanya mencari kesenangan atau kepuasan dirinya saja.
Yang menjadi alasan pada umumnya bagi PSK menjalani profesi tersebut adalah faktor ekonomi dan minimnya pendidikan. Mereka dihadapkan pada permasalahan ekonomi keluarga yang serba kekurangan ditambah lagi pendidikan yang mereka dapatkan hanya sampai pada tingkat yang paling rendah. Mereka menginginkan pekerjaan yang layak untuk memperbaiki keadaan ekonomi mereka. Akan tetapi pada zaman sekarang ini, zaman yang sudah mengglobal dan modern, yang penuh persaingan, semua dituntut untuk memiliki keahlian. Sementara itu, mereka hanya memiliki ijazah SD. Mereka putus asa dan berfikir dengan profesi itulah mereka bisa mendapatkan pekerjaan dan terpaksa harus membohongi orang lain dan menghilangkan hukum halal dan haram.
Di sinilah, dalam drama yang berjudul KISAH KEHIDUPAN ASIH akan mengungkap kisah seorang gadis yang terjebak dalam kehidupan malam karena suatu keterpaksaan untuk menyambung nyawa keluarganya. Dalam kisah ini, Sutradara berusaha menyampaikan amanat bahwa meskipun kita berada dalam masalah yang sangat sulit, janganlah iman kita ternoda oleh hal-hal yang dilarang agama maupun norma-norma kehidupan yang lainnya. Dengan melihat drama ini diharapkan mampu menghilangkan image yang buruk tentang mereka yang menjalani profesi seperti itu dan dalam hal ini yang perlu diperangi adalah perbuatannya bukan pelakunya.

SINOPSIS

Ada sebuah keluarga yang terdiri dari nenek, ibu, dan 3 orang anaknya. Neneknya bernama Jamilah, ibunya bernama Rumi, dan ketiga anaknya masing-masing bernama Asih,Ana dan Atik. Asih sudah putus sekolah, Ana duduk di bangku SMA kelas II, dan Atik masih duduk di bangku SMP kelas I. Keluarga ini berada pada konflik yang sangat berat. Semenjak Pak Parmo meninggal dunia yang dikarenakan oleh kecelakaan, Ibu Rumi yang mengambil alih kemudi keluarga. Ia menjadi ibu sekaligus kepala keluarga. Dia hanya bekerja sebagai buruh cuci yang harus membiayai 2 anaknya yang masih duduk di bangku sekulah dan harus memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Belum lagi harus merawat seorang nenek yang sedang sakit. Kondisi seperti ini memaksa Asih bekerja untuk membantu ibunya memenuhi kebutuhan keluarganya.
Saat Asih dalam kebingungan mencari pekerjaan, tiba-tiba teman Asih sewaktu kecil yang bernama Criztine datang ke rumahnya. Asih sangat terkejut dan senang melihat kedatangan Criztine. Dalam pembicaraan mereka, Asih menceritakan keinginannya untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarganya. Dan Criztine pun mengajak Asih bekerja di tempatnya. Tanpa berpikir panjang lebar Asih pun menerima tawaran itu. Ketika Asih tiba di tempat kerja Criztine, dia sangat terkejut dan takut. Karena yang ia tahu Criztine itu kerja di salon, bukan di club malam, sebagai PSK. Setelah Criztine membujuk dan merayu Asih, ia pun akhirnya mau bekerja sebagai PSK.
Setiap hari Asih harus pergi ke tempat itu untuk memndapatkan uang demi memenuhi kebutuhan keluarganya. Dia selalu berangkat malam, dan pulang pada pagi harinya. Dan dia selalu bilang pada keluarganya, kalau dia bekerja di pabrik sift malam karena dia tidak mempunyai ijazah. Lama-kelamaan, tetangganyapun mulai membicarakannya. Ada pepatah mengatakan, “Seperti apapun bangkai disembunyikan pasti akan tercium juga”. Ibu Rumi tidak kuat lagi mendengarkan pembicaraan tetangga tentang pekerjaan anaknya itu. Dia pun mulai curiga karena tingkah laku anaknya mulai berubah. Di suatu pagi, tidak sengaja Ibu Rumi mendengarkan pembicaraan tetangganya itu. Kemudian dia bertanya pada anaknyatentang pekerjaannya itu. Asih tetap mengatakan kalau dia bekerja di pabrik kebagian sift malam karena tidak mempunyai ijazah. Namun lama-kelamaan ia pun mengaku bahwa sebenarnya dia bekerja sebagai PSK dan diapun merasa bersalah. Dia meminta maaf pada ibu dan neneknya. Kemudian ia meninggalkan pekerjaannya itu dan bertaubat pada Allah S.W.T.

NASKAH DRAMA

KISAH KEHIDUPAN ASIH (K2A)

BABAK I

Ada sebuah keluarga yang terdiri dari seorang nenek, ibu dan 3 orang anaknya. Neneknya bernama Jamilah, ibu bernama Rumi dan ketiga anaknya masing-masing bernama Asih, Ana, dan Atik. Asih sudah lama putus sekolah, sementara Ana masih duduk di bangku sekolah kelas II SMA dan Atik kelas III SMP. Keluarga ini berada pada konflik yang sangat beratt semenjak Pak Parmo, suami Bu Rumi meninggal dunia karena kecelakaan. Keluarga ini pun menjadi sangat kekurangan. Ibu Rumi yang bekerja hanya sebagai buruh cuci harus membiayai 2 anaknya yang masih duduk di bangku sekolah ditambah lagi harus merawat neneknya yang sudah tua,sakit-sakitan lagi. Situasi dan kondisi seperti ini memaksa Asih untuk bekerja membantu ibunya memenuhi kebutuhan keluarganya.
Nenek : (Duduk di ruang tamu, kemudian ibu datang membawa secangkir teh hangat)”Lhoo…kok tumben yang membawakan tehnya kamu. Emangnya cucuku Asih ke mana?”
Ibu Rumi : “Asih lagi nyiapin sarapan buat Ana dan Atik, bu.Ibu kok batuk-batuk terus, apa ibu lupa minum obatnya?”
Nenek : “Sudah nak. Tapi nggak taulah. Ibu kan sudah tua.”
Ibu Rumi : “Oh…ya…sebentar lagi waktunya kontrol, bu “
Nenek : “Iya. Apa kamu punya uangnya, nak?”
Ibu Rumi : “Ada kok bu. Masih ada sedikit uang. Tapi cukup untuk pergi ke dokter.”
(Ana dan Atik pamitan kepada nenek dan ibunya yang berada di ruang tamu sedangkan Asih membersihkan meja makan dan secara tidak sengaja mendengarkan percakapan mereka)
Ana : “Ibu, nenek, Ana berangkat dulu. “
Atik : “Atik juga bu.”
Ana : “Oh…ya bu, Ana minta uangnya untuk bayar SPP. Kemarin Ana dipanggil ke ruang guru karena sudah 5 bulan belum bayar SPP.”
Atik : “Atik juga, bu! Kemarin aku ditegur sama Bapak guru karena belum bayar SPP selama 3 bulan. Trus kapan ibu bisa bayarnya?”
Nenek : “Sudah cu, sudah. Nanti ibumu pasti akan membayarnya.”
Ibu Rumi : “Iya, nak. Ibu pasti akan membayarnya. Sabar ya nak? Tunggu ibu dapat uang.”
Ana : “Kapan bu? Kapan? Ibu selalu janji dan janji terus. Sudah, kalau ibu nggak lekas bayarnya, lebih baik ana patus sekolah aja. Aku berangkat.”
Atik : “Eh, kak Ana! Tunggu!!!Dah bu, nek, Atik berangkat dulu! Assalamu alaikum….”
Nenek dan Ibu Rumi : “Waalaikum salam”
Nenek : “Sabar ya nak! Ini memang cobaan dari Tuhan untuk keluarga ini.”
Ibu Rumi : “Iya Bu…! Ini memang cobaan dari-Nyadan kita harus sabar dalam menghadapinya.Oh…ya!ibu kan masih sakit?sebaiknya ibu istirahat saja biar cepat sembuh.”
Nenek : “Iya nak..! (sambil membawa tongkatnya, nenek masuk ke kamar)
(Ibu Rumi termenung di ruang tamu dan Asih mendekatinya)
Asih : “Bu,ibu tidak apa-apa kan? Maaf bu, Asih secara tidak sengaja mendengarkan percakapan ibu, nenek, dan adik-adik. Asih ingin meringankan beban ibu, izinkan Asih ya bu?”
Ibu Rumi : “Anakku, Asih. Kamu mau kerja apa? Kamu kan gak punya ijazah? sudahlah!!! Ibu saja yang bekerja kamu bantu ibu ngurus adik-adikmu.”
Asih : “Tapi bu. Asih bisa kerja apa saja, apa adanya. Iya bu..ya?”
Ibu Rumi : “Ya….sudahlah. Pesan ibu, kamu harus bisa jaga diri.”
Asih : “Iya bu! Doakan Asih cepat dapat kerja ya bu!!”
(Ibu menganggukkan kepala)
(Dalam suasana tegang seperti itu, tiba-tiba datang seorang wanitayang cantikdan molek. Ternyata dia adalah teman kecilnya Asih yang bekerja di Jakarta)
Cristine : “Assalamualaikum!
Ibu Rumi dan Asih : “Waalaikumsalam.”
Ibu Rumi : “Asih ayo coba kamu lihat siapa yang di luar!”
Asih : (Berjalan menuju pintu)
“Cristine!!!”
Cristin : “Hello,Asih! How are you??”
Asih : “Baik. Ya ampun…Cristine! Kamu tambah cantik aja”
Ibu : “Eh…nak Cristine.”
Cristine : “Ibu, apa kabar bu?”
Ibu : “Baik,baik nak! Duduk dulu ya, ngobrol sama Asih. Ibu buatkan minum dulu.”
Cristine : “Ga usah repot-repot lho bu?”
Asih : “Cristine, gila bener lu, kamu tambah cantik banget. Kulitmu juga tambah mulus. Badanmu puntambah seksi. Emank kamu kerja dimana?”
Cristine : “Ya donk!!!Aku kan kerja di salon. Jadi aku harus selalu perawatan gitu lho. Masak! Kerja di salon dengan kulit keriput, badan gembrot, dan kusam. Aduh…..nggak mungkin lah! Lho…Asioh kamu kokkelihatan sedihsekali. Ada apa? Ayo cerita sama aku! Kamu ga bisa bohong sama aku. Barang kali aku bisa membantumu, Asis.”
Asih : ‘Aku sekarang lagi bingung Cris. Aku inddgin kerja tapi….kerja apa ya? Aku kan dulu putus sekolah. Jadi, aku tidak punya ijazah. Semenjak Bapak meninggal, perekonomian keluarga kami jadi erba kekurangan.”
Cristine : “Oh…itu to masalahmu. Kelihatannya aku bisa bantu kamu.”
Asih : “Benar, kamu bisa bantu aku cari kerja?”
Cristine : “Em….kayaknya bosku lagi butuh karyawan satu lagi. Apa kamu mau pekerjaan ini?”
Asih : “Mau….mau…!!”
Cristine : “Baik aku akan hubungi bosku dulu”
(Cristine mengeluarkan Hp dari tasnya dan memencet nomor bosnya. Tidak lama kemudian tersambung) Hello….mami!!!”
Mami : “Hello…..ada apa sayang??”
Cristine : ‘Ini Mi, Crisyine lagi di rumahteman. Dia ingin kerja Mi, tenang aja Mi, dia cantik kok. Bodynya pun sexy. Mami mau kan teroma dia??”
Mami : ‘Boleh-boleh,kapan kamu bawa dia ke sini?”
Cristine : “Tenang aja Mi, nanti malam Cristine ajak dia ke sana.”
Mami : ‘Ok, Mami tunggu ya.”
Cristine : “Ok, thank ya Mi,muah…….Asih tadi itu bosku,dia sudah nerima kamu kerja di sana. Nanti malam kita bisa langsung ke sana.”
Asih : “Benarkah?secepat itu?bagaimana dengan seragamnya?”
Criztine : “Beres. Nanti sebelum kita ketemu bos, aku akan make up wajahmu biar kelihatan OK gitu !!”
Asih : “Baik, Criz. Aku ngikut aja.”
Criztine : “Dah, ya Sih. Aku harus pergi sekarang karena aku harus menemui partnerku. Aku sudah ditunggu.”
Asih : “Bu……!!”
Ibu Rumi : “Lho, nak Criztine mau kemana?”
Criztine : “Saya harus pergi sekarang, bu, karena ada janji.”
Ibu Rumi : “Tapi…ini diminum dulu, nak!!”
Criztine : “O…ya bu. Nanti Criztine ke sini lagi kok, bu.”
Ibu Rumi : “Hati-hati ya, nak!!!!”
Criztine : “Ya, bu. Ayo Asih.”
Ibu Rumi : “Sih,sih! Criztine itu kok tambah cantik, ya???”
Asih : “I………yalah, bu. Dia kan sekarang sudah banyak uang. Jadi, dia sekarang bisa sering perawatan di salon. Oh…….iya, bu! Criztine mo ngajak Asih kerja di tempatnya.”
Ibu Rumi : “Benar Asih??Alhamdulillah……”
Asih : “Eh…..bu! Tadi kita kan belum sarapan? Sarapan dulu, yuk???”
Ibu : (Menganggukkan kepala sambil menuju ke ruang tengah)

BABAK II

Tepat pukul 7 malam, Criztine menjemput Asih di rumahnya,kemudian mereka bersama-sama pergi menemui bosnya Criztine, mami Sity. Sesampainya di sana……….
Mami : “Mana sich Criztine!!!Katanya janji datang jam 7. Mana sekarang sudah jam 8 lagi.Jadi nggak sich barang barunya?”
Asih : “Criz, tempat apa ini?”
Criztine : “Ya ini tempat kerjaku. Dan kamu juga akan kerja di sini.”
Asih : “Tapi kok begini, Criz? Aku takut.”
Criztine : “Asih……….!Inilah salonku. Kamu mau ikut kerja, nggak? Di sinilah aku bisa dapetin banyak uang padahal aku juga tidak punya ijazah.Katanya kamu pingin Bantu ibumu. Udah, ikut aja!!”
“Malem, mi……!(Nadanya centil, sambil cium pipi kanan kiri mamy)Ini lho mi, yang aku ceritakan tadi!(sambil merangkul pundak Asih)”
Mami : (Berjalan mengelilingi Asih sambil mengamati Asih)”OK….Boleh juga.”
Criztine : “Asih, nich kenalin bosku.Mamy Sity.”
Asih : (Berjabat tangan)”Nama saya Asih, bu”(sambil gemetar)
Mami : “Jangan panggil saya ‘bu’! Panggil saja ‘Mami Sity’!Benar, kamu mau kerja di sini?”
Asih : “I…..ya…..”
Mami : “Selama kamu kerja di sini, namamu bukan bukan asih lagi. Ganti namamu! Bisa Selvi, Rika, Salsa atau…………terserahlah. Emmm…..Gimana kalo mami kasih nama kamu Selvy?”
Asih : (Asih menganggukkan kepala)
Mami : “Sebentar ya?? Mami tinggal dulu.”
(Seorang bisnismen datang untuk mencari hiburan karena bisnisnya banyak yang bermasalah.’Om Fuo’,begitu mereka memanggilnya)
Om Fuo: “Malem cantik……”
Ocha dan Fera : “Malem om……….”
Ocha : “Om ganteng deh malem ini.Mau Ocha temenin om?”
Om Fuo: “Bentar manis. Om lagi pingin jalan-jalan dulu nich.”
Fera : “Gimana………kalo ama Fera aja om?????Dijamin dech o….m…..”
OM Fuo: “Sabar, ya cantik!!!O….m mau lihat-lihat dulu.”
Fera : “Om nyebelin deh malem ini…”
Om Fuo : “Tenang….Om tetap akan kasih tips buat kalian. Mami Sity mana??”
Mami Sity: “Ooo…….om Fuo…Gimana kabarnya?Dah lama nggak main ke sini.Lagi banyak bisnis ya??Atau……..Sudah punya tempat yang lain???????”
Om Fuo: “Aduh!!!Om lagi pusing nich.Bisnis lagi macet. Makanya om dating ke sini. Om tak kan bisa lupa tempat seindah ini. Mi, om mau seneng-seneng nich.Apa ada barang baru????”
Mami : “Tenang………Di tempat mami selalu ada yang baru Mami kan tahu selera om Fuo…..Dijamin OK dech.”
Om Fuo : “Mana mi??”(sambil matanya jelalatan)
Mami : “Tuh…..”(sambil melirik Asih)
“Tapi tarifnya mahal,lhoo……masih orisinil.”
(Mami dan om Fuo berjalan mendekati Asih)
Mami : “Selvi, kenalkan ini om Fuo.”
Om Fuo : “Wow………….w…….w…luar biasa.”(Memandangi Asih dari ujung kepala sampai ujung kaki, dari samping kanan ke samping kiri dan…….)”OK, mi.Malam ini, aku sama dia aja.”
Mami : “Asih, malam ini kamu temani om Fuo, ya? Ingat!! Jangan kecewakan dia, OK!!”
(Asih mengangguk saja kemudian Criztine bersama mami meninggalkan mereka berdua)
Om Fuo : “Kamu cantik sekali Selvi. Ayo!! Jangan takut sama om. Om ini orangnya baik hati dan romantis lhoo… Bagaimana kalo malam ini kita jalan-jalan ke luar aja??”
(Asih mengngguk tersipu malu dan mereka pun beranjak dari tempat duduknya. Baru beberapa langkah kemudian…. Mami memanggil)
Mami : “Mau cabut, nich om???????Tips buat mami mana??”
Om Fuo : “Oh…..ya mi. Nich, buat mami. Om berangkat dulu mi.Makasih ya!!!”
Mami : “Eh……..ingat!!!Pulangnya jangan malam-malam!!!PAGI AJA YA!!(mami berjalan mendekati Cristine) Criz, ini buat kamu. Kamu memang pinter, tau selera orang.”
Criztine : “Iya donk, mi!!Criztine!!!Makasih, mi.”
Ocha : “Ver, siapa sich cewek yang baru aja keluar ama om Fuo itu?”
Vera : “Aku juga nggak tau. Tadi sich datangnya sama Criztine. Anak baru kali!!(kemudian hand phone Vera berdering) Eh….!!!Bentar, bentar…Hallo…..Malam. Vera’s here.”
(X : “Halo juga cantik. Apa kamu bisa datang ke sini, sekarang? Aku lagi butuh kamu, cayank.”)
Vera : “OK…cayank!!1Tunggu 10 menit lagi!! Aku pasti sampai sana.Bye…..Muach.”
“Ocha, maaf ya?Aku harus pergi cos dah ada yang nunggu>”
Ocha : “OK. Nggak pa-pa lagi. It’s no problem.”
(Mami menghampiri tempat duduk Ocha sesudah Vera pergi)
Mami : “Ocha, lagi ngapain??? Kamu kok sendirian sich!!!”
Ocha : “Lagi sepi nich, mi. Nggak tau tuh kenapa..”
Mami : “Udah…Kamu sich….lesu gitu…Kamu lama nggak perawatan ya??Lebih baik temenin mami ke salon aja, yuk!”
Ocha : “Iya….dech, mi.”
(Ocha dan mami pergi ke salon bersama-sama)

BABAK III

Itulah pekerjaan Asih. Setiap hari dis harus pergi ke tempat itu untuk mendapatkan uang demi memenuhi kebutuhan keluarganya. Dia selalu berangkat malam, pulang pada pagi harinya. Para tetangga mulai membicarakannya.Pagi ini, aktifitas di daerah Asih berjalan seperti biasanya.
Sarinah : (Sedang menyapu halaman rumah sambil menunggu tukang sayur)
Lastri : (Sedang tapen beras sambil ngobrol sama Sarinah, tetangganya tentang aktivitas mereka)”Jeng Sari…..jeng Sari, tukang sayurnya dah dating belum?”
Sarinah : “Nggak tau….kayaknya belum. Aku juga lagi nunggu kok.”
Lastri : “Nanti kalo dah dating, panggil aku ya!”
Sarinah : “Beres jeng.”
Tumirah : “Sayur……sayur….sa..yu….r……..sayurnya jeng.”
“Jeng Sari, beli sayur ndak???”
Sarinah : “Iya, yu. Wong sudah ditunggu dari tadi kok, “Jeng Lastri! Beli sayur ndak?”
Lastri : “Ya..jeng…tunggu sebentar!!!!”
“Ooalah………..yu…………kemana aja sich???Kok baru dating. Aku dah nunggu dari tadi.”
Tumirah : “Ya maaf, jeng. Aku kan juga harus ngurus anakka berangkat sekolah. Itu lho, katanya di sekolah ada acara.”
Sarinah : “Lho, iya to yu……..kalo kamu nggak dating, mau tak kasih makan apa anak dan suamiku????”
Lastri : “Ada sayur apa aja yu???”
Tumirah : “Ini……ada bayem,kangkung, wortel. Masih seger lho…”
(Lastri dan Sarinah memilih-milih sayur….. kemudian Asih datang)
Asih : “Pagi, jeng ???”
Tumirah, Lastri dan Sarinah : “Pagi…..”
(Asih terus berjalan pulang dan ketiga tetangganya mulai membicarakan Asih)
Sarinah : “Eh,……..jeng. Emangnya siAsih itu kerjanya apaan sich..??? Kok selalu berangkat malem, terus pulangnya pagi.”
Tumirah : “Lho……..Katanya kerja di pabrik. Mungkin dia kebagian sift malam.”
Lastri : “Masa sich kerja di pabrik? Dia kan nggak punya ijazah.Padahal kerja di pabrik itu kan harus punya ijazah SMA.”
Tumirah : “O…..Jadi kerja di pabrik itu juga harus punya ijazah, to??”
Sarinah : “Piye to yu…..yu…..sampeyan iki. Masa gitu aja nggak tau.”
Tumirah : “Ya, namanya juga tukang sayur. Taunya ya kangkung, baye, wortel,…..”
Lastri : “Eh…..jangan-jangan asih kerja kayak di TV-TV itu lho…….yang sering digrebek sama polisi….”
Sarinah : “Aduh……..hhh.Jeng Lastri. Itu namanya PSK atau kata lainnya WTS (bisik-bisik). Masa istri direktur nggak ngerti yang namanya PSK????????”
Lastri : “Eh…..eh…..dengar tuh! Asih dipanggil ibunya. Udah cepat dihitung! Aku beli ini.”
Sarinah : “Iya. Cepetan yu!Dah siang nich…….Aku juga mau masak.”
Tumirah : “Ya udah. Jeng Lastri habis 9 ribu dan jeng Sari habis 6 ribu.”
Lastri : “Ya udah, yu. Aku mau masak dulu.”
Sarinah : “Makasih ya, yu???”
(Mereka bertiga terus membicarakan Asih. Setelah mendengar kabar itu, Ibu Rumi terkejut kemudian langsung memanggil Asih)
Ibu Rumi : “Asih!!!Asih!!!….Kesini nak!!!!”
Asih : “Ada apa, bu?”
Ibu Rumi : “Asih, ibu minta kejujuranmu. Sebenarnya Asih kerja apa, nak?”
Asih : “Asih kerja di pabrik. Ada apa sich bu??”
Ibu Asih : “Skali lagi ibu Tanya. Jujur, kamu kerjanya apa?”
Asih : “Asih itu kerja di pabrik, bu. Kebagian sift malam.”
Ibu Rumi : “Lalu……Apa yang mereka katakana? Kenapa semua orang mempergunjingkanmu?Katakan Asih! Apa yang sebenarnya kamu lakukan di luar sana? Kamu kerjanya benar apa nggak, nak?”
Asih : “Asih harus ngomong apa lagi, bu? Kenapa sich ibu lebih percaya pada mereka???Emangnya mereka bilang apa???”
Ibu Rumi : “Kau ingin tau? Benar, kamu ingin tau??? PSK!!Benarkan, nak? Ibu sudah curiga sejal awal, nak. Ditambah akhir-akhir ini sikapmu mulai berubah.Ayo Asih, katakana! Katakan!! Kenapa kamu hanya diam saja? Baik…..baik……ibu sudah bosan. Lebih baik ibu pergi saja.”
(Asih serentak bersujud di kaki ibunya, mencegah kepeergiannya. Dan di saat itu, neneknya masuk)
Asih : “Ibu!! Ibu jangan pergi! Asih emang salah, bu. Semua yang mereka katakana itu benar, bu. Maafkan Asih????”
Nenek : (Terkejut mendengar pengakuan Asih itu)”Astaghfirullahal ‘athiim….Asih…”
Ibu Rumi : “Anakku. Benar?? Kau kemanakan semua ilmu agama yang telah kamu pelajari, nak???Semenjak kepergian bapakmu, ibu selalu berusaha mencukupi kebutuhanmu dan juga adik-adikmu. Ibu bekerja keras nak,….karena ibu nggak mau melihat jadi manusia yang tak berguna.”
Nenek : “Sudahlah, nak. Asih kan sudah mengaku. Dia sudah menyesali semua perbuatannya.”
Ibu Rumi : “Menyesal???Enak aja ngomong menyesal. Apa dia nggak pernah mikir bagaimana perasaan ibunya mendengar kabar seperti itu. Dia sudah mencoreng nama baik keluarga ini. Ya Allah, ……. Maafkan hamba yang telah gagal mendidik anakku ini????????”
Asih : “Maafkan Asih, bu? Asih akan berhenti. Asih akan meninggalkan semua ini. Asih akan cari pekerjaan yang lain, kerja yang halal.”
(Hati Ibu Rumi mulai luluh mendengar penyesalan Asih)
Nenek : “Nak, maafkan Asih? Bagaimanapun juga, Asih itu anakmu. Dia bekerja seperti itu, demi keluarga ini juga kan?”
(Perasaan Ibu Rumi semakin luluh dan ia tidak kuasa membendung air matanya)
Ibu Rumi : “Anakku, Asih. Ma…..af….kan, ibu? Maafkan ibu yang telah buat kamu jadi begini?”
Asih : “Nggak…..bu,…..ibu nggak salah. Asih yang salah. Maafin Asih, bu?”
Ibu Rumi : “A…..si…..hhhh”
(Asih dan ibunya, Rumi kemudian saling berpelukan, meluapkan semuanya dengan air mata yang berlinang-linang. Asih akhirnya kembali ke jalan yang benar. Keluarga bu Rumi kembali hidup normal, bahagia dan bersahaja) .

SELESAI

4 Comments Add yours

  1. aulia sifana berkata:

    mbah Brata, apakah boleh saya mengambil sample naskah dialog ini untuk tugas drama kelompok saya?

  2. mbahbrata berkata:

    ya prinsipnya gak apa2 sebagai bahan studi/acuan/perbandingan…tetapi agar dapat nilai bagus sangat dianjurkan untuk mengcreate sendiri…gt…
    Saya yakin semua bisa kok…

  3. kadang bagus berkata:

    niki seng nyerat naskah asmane siten mbah?

  4. nimas anggita iddo driantaami berkata:

    Certa. Nyaa sangat gimanaaaaaaaaaaa gituh…..
    Bagus deh…. Buat lagi ddong tapi tema nya yg lain ya .. Bu sutradara..

Tinggalkan komentar